Pages

Ads 468x60px

Rabu, 15 Mei 2013

Prospek Teknik Kultur Jaringan untuk Pengadaan Bibit Pisang





Pisang merupakan tanaman buah tropis yang paling digemari oleh sebagian besar masyarakat dunia karena rasanya enak, nilai gizinya tinggi, relatif murah dan mudah diperoleh. Menurut FAO produksi pisang dunia didominasi oleh lima negara, yaitu India, Brazil, China, Filipina, dan Equador. India menduduki peringkat pertama dengan rata-rata produksi sebesar 15,54 juta ton per tahun dan memberikan kontribusi sebesar 21,26% terhadap total produksi pisang dunia, sedangkan Indonesia menduduki peringkat keenam dengan kontribusi sekitar 6,6% dan rata-rata produksi sekitar 4,85 juta ton/tahun. Permintaan ini terus meningkat sesuai dengan meningkatnya jumlah penduduk dan taraf hidup masyarakat, sehingga pada tahun 2010 untuk kebutuhan lokal saja telah diproyeksikan sebesar 5,62 juta ton dengan rata-rata pertumbuhan 4,06%.
Meningkatnya permintaan ini mendorong para petani ataupun pelaku usaha agribisnis untuk membudidayakan pisang secara komersial pada skala usaha yang lebih luas, baik untuk memenuhi pasar lokal maupun ekspor. Pasar internasional menuntut kualitas buah yang prima dan seragam yang pada gilirannya juga sangat membutuhkan bibit unggul yang seragam dan berkualitas pula. Untuk mengatasi kondisi ini maka teknik kultur jaringan merupakan alternatif yang mempunyai prospek yang baik untuk pengadaan bibit pisang di masa sekarang dan yang akan datang.

Apakah Teknik Kultur Jaringan?

Teknik kultur jaringan tanaman adalah suatu cara menumbuhkan organ tanaman seperti tunas pucuk, batang, daun, akar, dan biji dalam suatu wadah/botol yang berisi media dalam keadaan aseptil/steril. Beberapa kegunaan dari teknik kultur jaringan adalah untuk perbanyakan tanaman, memperbaiki sifat-sifat tanaman, untuk produksi metabolit sekunder dan untuk melakukan konservasi tanaman secara in vitro. Dalam hal perbanyakan tanaman, beberapa kelebihan dapat diperoleh antara lain calon bibit dapat disimpan dalam botol secara efisien dalam penggunaan tempat dan ruang (Gambar 1), bibit dapat diproduksi dalam jumlah banyak dan seragam (Gambar 2), sehingga menghasilkan buah yang ukurannya seragam pula (Gambar 3). Selain waktunya cepat, serta bebas penyakit, bibit yang diperbanyak melalui kultur jaringan, akan mempunyai sifat yang sama dengan induknya dan tersedia sepanjang tahun. Walaupun biaya untuk peralatan, bahan kimia dan listrik relatif mahal, akan tetapi karena bibit yang diproduksi jumlahnya sangat banyak bahkan dapat mencapai jutaan, maka secara ekonomis teknik ini tetap dapat diperhitungkan. Demikian pula kelemahan lain seperti terjadinya kontaminasi dapat diatasi dengan pengelolaan yang intensif mulai dari penanganan calon bahan eksplan di rumah kaca sampai kepada penanganan subkultur yang cermat dan pengelolaan ruang media dan ruang kultur yang tepat.
Secara garis besar perbanyakan tanaman melalui kultur jaringan terdiri dari 5 tahap, yaitu (1) persiapan bahan eksplan dan media, (2) perlakuan sterilisasi dan isolasi tunas untuk bahan eksplan, (3) penanaman pada media multiplikasi tunas, (4) penanaman pada media perakaran, dan (5) aklimatisasi di rumah kaca.
  
Teknik Kultur Jaringan untuk Perbanyakan Pisang

Persiapan Bahan Eksplan dan Sterilisasi. Untuk perbanyakan bibit pisang secara cepat, sebagai bahan eksplan biasanya digunakan tunas bonggol atau tunas dari anakan yang berukuran 40-100 cm dari pohon pisang yang pernah berbuah. Eksplan yang sudah terpilih dibersihkan dan dipotong-potong kurang lebih 1 cm2 lalu rendam dengan air sabun selama 20-30 menit. Masukkan eksplan ke dalam wadah steril dan tambahkan alcohol 70%, kocok selama 3-5 menit. Setelah alcohol dibuang, rendam dalam larutan HgCl2 0,2% selama 2 menit. Lalu rendam dalam larutan chlorox 30% dan 20% masing-masing selama 5 dan 10 menit. Terakhir eksplan dibilas dengan aquades steril sebanyak 3 kali.
Penanaman pada Media Multiplikasi Tunas dan Media Perakaran. Tanam eksplan pada media dasar MS yang mengandung BAP 2-5 mg/l, sukrosa 20 g/l. Sebagai bahan pengeras diberikan agar swallow 8 g/l. Selanjutnya biakan disimpan di dalam ruang kultur dengan intensitas cahaya 800-1000 lux selama 16 jam pada temperatur 20-220oC. Pada kondisi ini tunas akan bermultiplikasi antara 3-5 kali lipat setiap bulan tergantung varietasnya, sehingga dalam satu tahun dari 1 eksplan dapat dihasilkan sekitar 125.000-6.700.000 planlet tergantung tingkat kontaminasi yang terjadi. Setelah tunas dapat dilipatgandakan maka saatnya biakan dipindahkan ke dalam media perakaran, yaitu media dasar MS yang ditambah dengan IAA 0,1-0,2 mg/l. Untuk jenis pisang tertentu seperti raja bulu dan cavendis setelah media pertunasan perlu ditransfer ke media perakaran, sedangkan pisang tanduk, raja sereh, dan kepok kuning tidak perlu ditransfer lagi karena perakarannya sudah terbentuk pada media pertunasan. Ini berarti dapat memotong satu langkah untuk langsung diaklimatisasi di rumah kaca.
Aklimatisasi di Rumah Kaca. Setelah biakan di dalam botol memiliki pertumbuhan dan perakaran yang sempurna (biasanya 8-10 bulan), maka biakan pisang sudah saatnya dikeluarkan dari botol untuk ditanam di rumah kaca. 1-2 hari sebelum ditanam di polibag sebaiknya botol sudah dipindahkan ke rumah kaca dengan tujuan penyesuaian lingkungan (hardening), kemudian bibit dikeluarkan dari botol dengan cara membersihkan di bawah air mengalir sampai tidak ada agar-agar yang melekat pada bibit. Rendam dalam larutan fungisida 2 g/l selama 5-10 menit, kemudian kering anginkan di atas kertas koran. Selanjutnya bibit ditanam pada polibag yang berisi campuran media tanah dan kompos dengan perbandingan 1 : 1. Susun polibag secara teratur dan tutuplah polibag dengan sungkup gelas aqua untuk menjaga kelembaban lingkungan tumbuh. Pemeliharaan bibit pisang di rumah kaca memerlukan waktu 4-6 minggu sebelum siap ditanam ke lapangan atau kira-kira tinggi bibit mencapai 30-40 cm. Selanjutnya bibit pisang kultur jaringan tersebut siap ditanam pada lubang-lubang yang telah diberi pupuk kandang sebelumnya dan siap dipanen pada umur 11-14 bulan. Anakan ke-1 akan dipanen 8-10 bulan setelah panen tanaman utama, dan anakan kedua akan dipanen 8-10 bulan dari panen anakan ke 1. Jadi dalam waktu 28-30 bulan bibit pisang kultur jaringan akan dipanen 3 tanaman, yaitu 1 tanaman utama, 2 tanaman anakan (ratun). Jika pengelolaan kebun cukup baik setiap hektar dapat menghasilkan buah 70-100 ton/ha.

Source of : 

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian
Jl. Tentara Pelajar 3A, Bogor 16111
Telp. (0251) 8337975, 8339793; Faks. (0251) 8338820
E-mail: yati_sbudiman@yahoo.com HP: 08129366070